Memberdayakan Diri dengan Gembira


Sejak adanya media sosial yang menghubungkan satu sama lain secara leluasa, artinya kita memiliki jauh lebih banyak referensi tentang hidup dan pencapaian orang lain. Entah itu teman masa kecil atau orang-orang yang tidak begitu dikenal secara langsung. Postingan keberhasilan dan momen-momen spesial tiap hari bisa ditemukan dengan mudah dari teman-teman kuliah, teman kerja, teman sekolah, atau orang asing lainnya.

Hal ini berdampak pada persepsi kita akan pilihan kita sendiri. Sebagai manusia, kita akan selalu membandingkan diri dengan orang lain. Membandingkan pencapaian diri dan pencapaian orang lain, mempertanyakan ulang setiap tindakan diri yang akan berujung pada penyesalan dan rendah diri. Pertanyaannya adalah “Apakah kita cukup kenal baik dengan diri sendiri untuk membuat perbandingan tersebut? Apakah kita tahu bahwa apel dan pisang itu berbeda dan tidak bisa dibandingkan?”

Lalu bagaimana kita harus memulai dan menghadapi persoalan ini? Tentu saja, jawaban yang paling utama adalah lebih mengenali diri sendiri agar bisa memberdayakan diri. Menjadi berdaya adalah tujuan penting bagi tiap kita masing-masing, tetapi mencapainya tidak pernah mudah.

Pemberdayaan diri dapat diartikan sebagai suatu keadaan dimana seseorang secara sadar mengambil keputusan untuk mandiri, mengandalkan dirinya sendiri dan melanjutkan pengembangan diri ke arah yang lebih baik. Ini melibatkan membuat keputusan positif, mengambil tindakan dan percaya pada kemampuan diri untuk membuat keputusan terjadi.


Buku Empowered ME (Mother Empowers) karya Puty Puar, akan sangat membantu dalam proses mengenal dan menuju pemberdayaan diri. Buku ini tidak hanya memperkuat komitmen para pembacanya, tetapi juga memberikan petunjuk bagaimana melakukannya. Idenya kuat sebagai referensi, kegiatannya bisa langsung dicoba, ilustrasinya menarik dan menawarkan pengalaman membaca yang menyenangkan.

Puty Puar memiliki gagasan yang sederhana namun sangat dibutuhkan tiap orang, yaitu; 1) mengenali diri sendiri dan 2) berfokus pada tujuan (purpose), kemajuan (progress), dan proses (process) diri sendiri. Karena dengan berfokus pada pengembangan diri dan menghargai prosesnya sendiri, rasa puas tidak perlu datang dari menyoroti kekurangan atau kejelekan orang lain.

Dalam bukunya, Puty Puar selain mengajak para pembacanya berproses agar lebih mengenal diri sendiri, ia juga mendorong kita agar berani melangkah maju—meskipun sedikit demi sedikit. Sebab mengenali diri sendiri bukan hal yang sederhana karena manusia adalah makhluk multidimensi yang berubah secara dinamis dari waktu ke waktu. Proses ini meliputi: memahami dan menyadari core values diri sendiri; mengetahui visi, tujuan apa yang ingin kita capai; mendefinisikan sukses versi kita sendiri; bagaimana menerapkan dan mengevaluasinya; hingga kita bisa berkomitmen pada jalan yang telah kita pilih dan rencanakan.

Misalnya, ketika seseorang menjunjung atau menjadikan “kejujuran” sebagai salah satu core values-nya, ini akan mempengaruhinya dalam proses pengambilan keputusan hidup seperti jenis pekerjaan, minat, hobi, sampai pertemanan. Contoh lain, seseorang yang menjunjung nilai orisinalitas akan enggan mencontek ide orang lain meski demi uang dan popularitas, atau ketika seorang pengusaha memiliki core values stabilitas maka dia akan berpikir berulang kali sebelum melakukan ekspansi bisnis yang beresiko tinggi. Hal ini membantu kita agar tidak merasa kebingungan lagi terhadap diri dan kondisi lingkungan sekitar. Karena kita sudah mengetahui bahwa kita tidak bisa membandingkan diri dengan orang lain karena nilai yang mendasarinya berbeda, sehingga definisi suksesnya pun juga berbeda.

Potensi dan peran setiap orang berbeda-beda. Kepentingan setiap orang berbeda. Jadi masing-masing dari kita memiliki pertempuran kita sendiri berdasarkan potensi tugas yang kita emban. Mari kita tutup dengan merenungi kutipan buku ini, Pertumbuhan itu beragam. Ada yang tampak di permukaan, ada pula yang tidak, tapi bukan berarti tidak tumbuh.

Apa kita sudah siap bertumbuh dan berproses? Tanyakan pada diri kita sendiri. 

Oleh: Deby Rosselinni, Career Class Angkatan 2023.