Menemukan Diri: Menemukan Sukses Versi Diri Sendiri


Bagi tiap orang, mungkin masing-masing diri kita memiliki kotak permintaan yang dipesan oleh diri sendiri pada tahun-tahun yang lalu.

Apakah itu adalah dirimu? Ia yang membenci diri sendiri—setiap tidak bisa mengontrol emosi untuk menjadi sosok yang diinginkan, diri yang kecewa dan mencaci setiap tidak melakukan sesuatu yang seharusnya dilakukan—sesuatu yang sudah susah payah direncanakan.

Namun, ternyata segala perasaan dan kondisi yang telah kamu lalui di tahun-tahun lalu, itu sangat kamu butuhkan untuk menemukan "sesuatu" yang akan jadi bekal naik kelas di ujian kehidupan. Kamu memerlukan "hal-hal yang dialami” (seburuk apa pun, sebaik apa pun) supaya terus bertumbuh dan berkembang menjadi lebih baik lagi dari berbagai sisi.

Belajar mengenal diri sendiri bukanlah hal sederhana, karena manusia adalah makhluk multidimensi yang berubah secara dinamis dari waktu ke waktu. Sebab itu pula memahami diri sendiri adalah proses seumur hidup. Sebagaimana juga proses belajar untuk mengelola potensi dan takdir. Proses yang panjang.

Perlu kamu sadari, mungkin ada versi terbaik dirimu yang masih belum kamu temui. Entah bagaimana caranya versi itu kelak muncul, mari berusaha menemukan jalan damai untuk bisa menerima dan mencintai diri sendiri.

Mengetahui potensi apa yang kamu miliki, mungkin sama pentingnya dengan mengetahui apa yang penting bagimu, alias apa sih tujuanmu? Untuk memahami apa yang benar-benar penting bagi dirimu, tidak lepas dari soal nilai-nilai utama yang kamu junjung (core values).

Seberapa sering keliru dalam menilai kesuksesan diri sendiri—mungkin ini juga yang menyebabkan kamu yang lalu sering uring-uringan dan sulit menghargai proses. Masyarakat umum secara sepihak mendefinisikan sukses identik dengan harta dan kekuasaan. Punya rumah mewah, mobil mewah, uang banyak dan sebagainya. Padahal, sejak awal, nilai yang dianggap penting (core values) dan potensi tiap orang itu berbeda.

Core values sangat memengaruhi proses pengambilan keputusan hidup seperti jenis pekerjaan, minat, hobi, pertemanan, hingga pasangan. Misalnya, jika kamu menjunjung nilai pengetahuan, kamu akan lebih rela menghabiskan uang untuk membeli buku atau berinvestasi pada kursus-kursus dan loka karya dibanding mengoleksi make up atau baju dan sepatu, juga sebaliknya.

Ini bukan perihal mana yang lebih baik dari yang lain. Karena sesungguhnya, kamu sendiri memahami bahwa masing-masing orang memang berbeda. Jika sudah berbeda potensi, berbeda pula nilai yang dianggap penting. Masa sih cara mengukur keberhasilannya tetap sama? Cara mendefinisikan suksesnya sama? Tentu seharusnya berbeda.

Salah satu materi dalam sesi Career Class, kamu akan diingatkan kembali untuk tidak berpikir berlebihan, sebisa mungkin untuk bergembira dan menikmati ketika mendapatkan hal yang menyenangkan. Kalau ada hal yang perlu kamu kerjakan, maka kerjakan. Itulah bagaimana kamu bisa memulai kembali bangkit di atas pijakan kakimu sendiri setelah badai keterpurukan. 

Kamu kemudian akan fokus pada apa yang saat ini harus dihargai dan bertindak pelan-pelan, tapi pasti dan terus maju. Meskipun mungkin setelah kamu mencoba berbagai hal kemudian gagal, mari berusaha memikirkan hal baru untuk bisa dilakukan.

Kotak permintaan ini telah kita buka bersama, kini telah sampai pada hati pembaca di sini, termasuk kamu. Menjadi tugas untuk menentukan sukses versi diri sendiri.

Oleh: Deby Rosselinni, Career Class 2023.